Hai sobat smartteknoku..... Dalam fotografi, baik menggunakan kamera analog atau digital, terdapat banyak sekali istilah yang berguna untuk mempermudah pengguna mengoperasikan atau mengenali kamera. Beberapa di antaranya merupakan istilah yang berlaku universal, beberapa lainnya hanya berlaku di kamera analog saja.
Agar lebih mudah untuk belajar
memotret menggunakan kamera analog, ada baiknya Anda mengenali istilah-istilah
yang biasa muncul saat pengoperasian atau dalam panduan memakai kamera
tersebut.
Berikut ini rangkuman 13 istilah yang biasa digunakan di fotografi secara keseluruhan dan yang khusus memakai kamera analog.
1.Shutter
Shutter atau rana adalah
perangkat serupa "tirai" dalam kamera yang berfungsi untuk mengatur
keluar masuknya cahaya untuk mengekspos film.
Waktu (durasi) terbukanya shutter
bisa diatur dan akan mempengaruhi hasil pemotretan. Semakin cepat waktunya,
maka gerakan benda-benda yang tertangkap kamera akan tempak semakin tajam dan
jelas. Misalnya cipratan air bisa dipotret dalam keadaan diam saat melayang di
udara.
Semakin lambat durasinya, maka
gerakan benda-benda tadi akan tampak semakin buram karena motion blur. Shutter
dengan durasi lambat bisa digunakan untuk menambah efek menarik seperti deburan
ombak yang terlihat halus seperti kabut, atau lampu-lampu kendaraan di malam
hari yang berubah menjadi garis-garis berwarna.
Satuan kecepatan shutter
dinyatakan dalam hitungan detik dan pecahannya, misalnya 1/500 detik atau
1/4.000 detik untuk durasi yang singkat, dan 5 detik, 15 detik, hingga 30 detik
atau lebih panjang untuk durasi yang lama.
Pada kamera analog kecepatan
shutter diperlihatkan dalam salah satu tuas atau dial pengendali dengan ikon
angka. Huruf "B" (bukan angka) pada tuas atau dial tersebut merupakan
singkatan dari istilah "Bulb". Pada mode ini, shutter bisa terus
diposisikan dalam keadaan terbuka sesuai durasi yang diinginkan penggunanya.
2.ISO atau ASA
ISO dan ASA adalah tingkat
sensitivitas medium perekaman gambar terhadap cahaya. Pada kamera digital,
istilah yang biasa digunakan adalah ISO sedangkan pada kamera analog, biasanya
disebut juga sebagai ASA.
Kamera digital memiliki banyak
pilihan ISO, mulai dari 50 hingga 6400 atau lebih tinggi. Sedangkan pada kamera
analog, ISO tergantung pada film yang digunakan. Masing-masing film dikeluarkan
dengan ISO tunggal.
Biasanya rating kecepatan ini
dituliskan di kemasan setelah nama film yang bersangkutan. Misalnya, Fujifilm
Velvia 50 berarti film Velvia dengan rating ASA 50, atau Kodak Tri-X 400
berarti film Tri-X dengan rating ASA 400.
Pada film utuk kamera analog,
film ISO rendah membutuhkan waktu exposure lebih lama, tapi grain (tekstur
bintik-bintik dari partikel kimia film) yang dihasilkan cenderung halus. Sebaliknya pada film dengan ISO lebih tinggi,
artinya lebih sensitif terhadap paparan cahaya, waktu exposure bisa lebih
singkat tapi butiran grain biasanya lebih besar dan lebih terlihat.
3.Aperture atau F-stop
Aperture merupakan bukaan pada
lensa (entrance pupil) yang dilalui oleh cahaya untuk mencapai sensor (kamera
digital) atau film (kamera analog).
Lebar bukaan ini bisa diatur.
Semakin lebar, maka akan semakin banyak cahaya yang masuk sehingga
mempersingkat waktu exposure. Semakin sempit, maka cahaya yang masuk semakin
sedikit sehingga memperlama waktu exposure. Fungsi aperture lensa boleh
dibilang mirip dengan pupil di mata manusia.
Satuan aperture dinyatakan dalam
F-stop yang umumnya diberi jeda 1/3 EV (exposure value) atau 1 EV. Semakin
besar angka F-stop, maka bukaan aperture semakin menyempit. Semakin kecil
angkanya, maka bukaan aperture semakin melebar. Misalnya, angka f/8
melambangkan bukaan yang lebih kecil dibandingkan f/2.
Lebar aperture juga mempengaruhi
luas ruang tajam (depth of field). Semakin kecil bukaan aperture, semakin luas
ruang tajam sehingga background dan foreground bisa makin tajam pula. Semakin
besar bukaan aperture, luas ruang tajam makin menyempit sehingga background dan
foreground akan lebih buram.
4.Focal Length
Focal length merupakan jarak
antara titik fokus dengan film atau sensor kamera, ketika lensa diatur pada
posisi fokus infinity. Biasanya focal length ini ditulis di bagian depan lensa
dengan ukuran milimeter (mm).
Semakin kecil angkanya, maka
cakupan bidang pandang lensa semakin lebar (wide). Sebaliknya, semakin besar
angkanya, maka cakupan bidang pandang lensa akan semakin sempit (tele).
Sebagai contoh, terdapat pilihan
lensa dengan focal length tetap atau prime 50 mm, 35 mm, 21 mm hingga 100 mm;
ada pilihan lensa zoom seperti 24 - 70 mm, 100 - 200 mm. Pada lensa zoom yang
dicantumkan adalah focal length minimal dan maksimal yang dimilikinya.
Lensa ultra wide/ fisheye
biasanya memiliki focal length 24mm atau lebih kecil. Lensa wide berada di
focal length 28mm hingga 35mm. Lensa 50mm hingga 85mm termasuk kategori normal/
short tele. Sementara yang lebih dari itu dikategorikan sebagai telephoto.
5.Film
Istilah ini mengacu pada lembaran
yang digunakan sebagai alat sekaligus wadah merekam gambar. Film menggunakan
reaksi kimia perak halida yang sensitif cahaya untuk menangkap gambar laten di
tiap frame yang terekspos. Gambar laten ini lantas perlu diproses lewat
"pencucian" menggunakan bahan kimia lain untuk membuatnya menjadi
permanen.
Ada berbagai macam format film
yang biasa digunakan di sebuah kamera analog, yakni 120, 135 , serta 4 x 5.
Film 120 memiliki lebar 60 mm dan
dikemas dalam bentuk roll. Film ini biasanya digunakan oleh kamera medium format
dan bisa dipakai untuk menghasilkan foto dengan ukuran bingkai antara lain 6 x
4,4; 6 x 6; dan 6 x 7.
Film 135 memiliki lebar 35 mm
atau disebut juga full frame dan dikemas dalam bentuk roll. Biasanya dipakai
oleh kamera analog 35 mm, baik berupa rangefinder, kompak, ataupun SLR. Ini
merupakan film yang paling umum digunakan.
Film 4 x 5 merupakan film yang
biasa dipakai oleh kamera large format. Berbeda dengan format 120 atau 135,
film 4 x 5 dikemas dalam bentuk lembaran. Keuntungan film dalam format ini
adalah memiliki resolusi lebih besar dibandingkan 120 atau 135.
Selain berbeda format, film juga
biasanya memiliki karakter tertentu hasil formulasi produsennya. Berbagai
contoh film yang kini masih bisa diperoleh di pasar adalah Kodak Tri-X, Kodak
Portra, Ilford HP+ 500, atau Fuji Pro 400 H.
6.Film Winder
Alat ini ada dalam bodi kamera
analog dan berfungsi untuk memutar roll fan mengeluarkan film satu frame dalam
sekali waktu. Proses pemutaran roll tersebut bisa dilakukan manual atau
otomatis, tergantung jenis kamera analog yang digunakan.
Jika kamera analog itu
menggunakan winder manual, maka setelah pengguna harus menggulung sendiri roll
film yang telah selesai dipakai. Jika kamera memiliki winder otomatis, maka
roll film yang telah selesai digunakan akan otomatis digulung ke dalam wadahnya.
7.Developer
Ini merupakan cairan kimia yang
digunakan untuk menghilangkan lapisan pertama pada film dan membuat gambar
laten yang terekam di dalamnya jadi kelihatan. Selama cairan kimia ini masih
menempel di film, maka proses pengembangan gambar, seperti menaikkan kontras,
terus berlangsung.
8.Stop Bath
Tahap ini berguna untuk
menghentikan proses pembentukan gambar yang dimulai oleh cairan kimia
developer. Proses ini biasanya bisa dilakukan menggunakan air atau carian
dengan kandungan asam asetat, tergantung kebutuhan pengembangan film tersebut.
9.Fixer
Bahan kimia yang digunakan dalam
proses cetak film. Tujuan pemakaian bahan ini adalah untuk membuat film atau
hasil cetak kehilangan sensitivitas terhadap cahaya. Dengan demikian gambar
yang sudah dicetak tidak akan berubah. Tahap ini dilakukan setelah film melalui
proses developing dan stop bath.
10.Lightmeter
Ini merupakan perangkat yang
digunakan untuk mengukur asupan cahaya, sehingga membantu pengguna menentukan
apakah pengaturan kameranya sudah sesuai atau bakal membuat foto jadi over
exposed (terlalu terang) atau under exposed (terlalu gelap).
Kondisi lightmeter pada kamera
analog bekas biasanya bervariasi, ada yang sudah dalam keadaan rusak, bisa
diperbaiki, atau bahkan masih berfungsi sempurna.
Kamera digital dan kamera analog
modern biasanya sudah memiliki Lightmeter terintegrasi. Kamera film lawas ada
yang tidak memiliki Lightmeter atau bisa dipasangi Lightmeter eksternal. Saat
ini sudah banyak tersedia aplikasi Lightmeter di gadget Android dan iOS untuk
membantu pengguna kamera fim yang tak dilengkapi Lightmeter.
11.Grain
Istilah ini mengacu pada terkstur
bintik-bintik kecil yang muncul dalam hasil cetakan kamera analog.
Butiran-butiran grain berasal dari partikel kimia yang bereaksi terhadap cahaya.
Grain biasanya muncul dalam berbagai ukuran, tingkat kekasaran, jumlah serta
tampilan berbeda, tergantung beberapa faktor seperti jenis dan tingkat sensitivitas film.
12.Darkroom
Ruangan yang sengaja dibuat kedap
cahaya dan digunakan untuk mengembangkan, memproses, serta mencetak foto dari
roll atau lembaran film.
13.Depth of Field
Istilah ini mengacu pada area
tajam di mana benda-benda dalam frame akan tampil fokus, alias tajam dan tidak
buram. Luas area tersebut biasanya muncul bergantung pada pengaturan aperture
atau bukaan diafragma kamera.
kompas
kompas
0 Response to "13 Istilah Dalam Penggunaan Kamera Analog"
Posting Komentar